Minggu, 15 Januari 2017

Sekuntum Mimpi Dari Desa

Hamparan sawah apik membentang
Nampak padi rapih merunduk
Dari bola mata basah para petani
Terlukis bulir-bulir yang belum berisi

Ini hari kesekian
Ketika air bah datang membilas wangi keringat dan lumpur
Wangi keringat yang begitu lembut di sambut istri di pekarangan
Noda lumpur yang begitu akrab di peluk si kecil

Bumi telah resah
Menjadi saksi keangkuhan manusia
Makhluk yang tak pernah mampu terbang
Tapi lupa sedang makan dan buang kotoran pada tanah yang sama

Pikiranku gamang
Istriku redup menatap lahap si kecil
Ku dorong pelan sepiring nasi jagung
"Nak, habiskan punya bapak...,bapak belum lapar".
Nampak riang si kecil dengan lahap
"Semoga kelak..,kau menjadi orang baik dan kaya anakku".

Ku lirik istriku
Butiran bening merembes turun dari rapih bulu matanya
Pundakku bergetar hebat
Demi menahan gejolak rasa yang ingin tumpah

Api lampu teplok
Berayun kesana-kemari di permainkan angin
Sebentar lagi akan hujan
Ku rangkul istri dan anakku untuk beranjak
Mengejar mimpi di peraduan