Sabtu, 25 Februari 2017

Di Bawah Langit Februari

Lihat...
Dia mulai letih mengencingiku
Lalu sedang melenggang pergi
Sementara di bawah selangkangannya
Ohh lihat...
Ada senyum kepuasan
Hanya aku sebatang kara
Dan lainnya...
Coba gapai apa saja untuk menahannya pergi

Rabu, 22 Februari 2017

Di Runyamnya Takdir

Sepi menghampar wajah langit
Dia yang hari ini bersalin kulit
Awan hitam penuh selulit
Legam terbersit

Mata menjelajah diam
Bertanya pada relung-relung kelam
Akankah sepi belum akan terbenam
Pada sepi raut wajah runyam

Gejala alam yang mulai akrab
Saat kau pergi membawa marah
Tenggelam jauh dan lama
Demi mengejar berkah seribu kali melebihiku

Ibu tertunduk di depan perapian
Kuyu dengan bahu kurus bergetar
Air mata menetes
Mengukir lingkar-lingkar kecil debu arang

Dan selalu aku begitu rindu peraduan
Menyapu relief bilah-bilah bambu
Di redupnya langit anganku
Mengorek simpul tali rotan dimana ku penjarakan setiap runyam hatiku

Kini aku sudah dewasa dan gagah
Tapi aku yang dulu kecil dan lusuh
Tetap hidup abadi dalam jiwaku
Kedewasaan ini hanya sebuah amarah

Amarah yang tumbuh dari kanak
Saksi setia pada tiap-tiap tangis ibu
Dari bening mata bocah
Yang melukis pada celah sempit dinding bambu

Ahhh...
Sudah dulu...
Terlalu kecil penjara itu
Takan muat menampung runyam yang ini

Aku kembali begitu rindu peraduan... 

Jumat, 17 Februari 2017

Pre_Diksi

Membaca...
Nikmat seperti bersenandung
Menulis...
Lembut seperti menari

Bahagia
Sedih
Tertawa
Menangis
Itu jiwa-jiwa yang bermain di dalamnya

Minggu, 12 Februari 2017

Cemburu

Malam bernyanyi sepi
Detak jam dinding berapi-api
Masih enggan dia untuk menepi
Meski sia-sia menjejak tiap angka

Setangkai kembang seruni terlihat letih
Tercekik di sela-sela jemariku
Mahkotanya yang kuning tak lagi berseri
Jenuh pada sebuah keyakinan

Tak apa-apa
Telah ku pikirkan dalam-dalam
Ku timang-timang
Aku tak perlu menunggu siapa-siapa

Ku coba berdamai dengan malam
Rasanya kini tak lagi kelam
Tak lagi angin menyapa seram
Seiring gelap menghantarku tenggelam

Ku pijarkan mata pagi ini
Taman berwarna-warni
Ohh...mereka berpasang-pasangan
kupu-kupu kuning nikmati kembang seruni

Aku di lumat cemburu
Terseret ke dasar kalbu
Ruang kecil tempatku kerap menggerutu
Tentang segala yang mengganggu

Jam dinding tergolek berdetak samar dan lambat
Ku tatap lekat-lekat
Telah pecah berantakan
Setangkai kembang seruni terkapar layu di sana

Teringat malam tadi
T'lah ku hempaskan marahku
Ketika setangkai kembang seruni
Tiada mampu dinginkan hati
Pada detak waktu yang menghimpit dada

Senin, 06 Februari 2017

Aku Laki-Laki,Nona...

Daun-daun layu
Di seantero resah wajahmu
Kau berpaling muka
Di tengkukmu ranting-ranting patah bergemuruh

"Pergi...!".
Desah lemah di balik getar bahumu
Seketika lembayung hitam merengsek
Selimuti siang malamku

Sepenggal jejak
Kala itu kita bodoh menghembus bara
Hati kita lepuh di bakar api
Cinta meleleh lantas menguap sirna

Kini rintihanmu begitu parau
Menggema di tiap-tiap siang dan malamku
Merdu mendesah di pelataran jiwaku
Mencumbui nikmat laraku

Nona...
Tutup saja matamu
Biar tak jengah meradang
Saat ku sibak lembayung hitam itu

Jangan ada tangis
Jangan ada sesal
Tak perlu luruh hatimu
Aku laki-laki...

Tangisku kini adalah senyuman
Yang dulu kau sambut malu-malu
Luka ku adalah canda
Yang pernah kau hirup bagai candu di lenganku

Nona...
Kau bahkan tak pernah tau
Setiap cinta yang pernah coba obati lukamu
Selalu datang menyapamu melalui doa-doa ku

Sebab aku laki-laki...

Minggu, 05 Februari 2017

Kupu-Kupu

Kepak sayap berirama
Kau ayun dengan indahmu
Sesekali pijakmu kokoh
Pada tangkai berayun

Kau reguk setiap madu
Pada cawan mahkota indah
Itu bukan sombongmu
Itu kasih yang kau beri

Lincah gerakmu
Singgahi setiap singgasana
Reguk setiap birahi
Janjikan sebentuk romantika

Ceria gerakmu adalah budi
Lembut sentuhmu adalah keikhlasan
Mengirim ribuan romantika
Hadirkan berjuta puisi

Liar mu kelopak bunga yang menanti
Lincah mu setubuhi tiap-tiap kembang mekar mewangi 
Kupu-kupu...
Pada setiap kepak sayapmu
Bunga adalah romantika
Pada setiap pijakmu
Sentuhan adalah puisi