Jumat, 13 Juli 2018

PEMBELAAN ORANG-ORANG KALAH

Ribuan puisi lahir


Berkelana menyapa kembang


Tergubah hati-hati


Dihembus dari hati


Satu dua bait


Tak juga berarti


Gugur bersama dedaunan


Letih menghias hari


Tiga empat hembus


Belum juga mewangi


Hilang bersama kumbang


Rakus menghirup madu


Gulana merayapi asa


Bait-bait menjelma sampah


Putik-putik hati


Luruh memeluk tanah


Sebelum kau terkubur


Dan asa luntur


Kugubah bait sederhana


Tanpa diksi manis


Biar meranggas merayu kembang


Hanya sebuah puisi kecil


Dengan kuncup segar


Merayapi langit


Menyapa khalik


Menjemput pembelaan


Pada orang-orang kalah

Timor140718

Kamis, 31 Mei 2018

Bilik Penjara

Ku kenal puisi
Semenjak palu menghantam asa
Persada negeri seketika sempit
Terbungkus dingin tembok penjara

Rupanya ribuan puisi berbaris malu
Memilih sembunyi di dinding gelap nan lembab
Oleh rona-rona nestapa
Juga aura-aura marah

Telah ku eja satu demi satu
Aku selalu tenggelam
Ini begitu nyata
Tiap-tiap bait seolah adalah aku

Seperti telah beranak cucu
Sejak dinding tua ini berdiri
Dengan diksi dan rima berbeda
Mewakili suka duka yang berulang sama

Mungkin ini giliranku
Yang tak jua merangkai diksi
Biar tetap mentradisi
Di gilir ketuk palu

Tapi aku bukan penyair
Kenapa mesti ku pikir
Ku pandangi lekat sudut lembab
Samar bait tertutup lelumutan

"Bermain-mainlah  denganku...
Permainkanlah aku...
Akan kau temui sebuah jendela...
Bahwa bilik kecil ini bukan sebuah penjara...".

Hahaha...
Bagaimana mungkin bermain denganmu
Apalagi mempermainkanmu
Lantas sebuah jendela terbuka
Dan bilik sempit ini bukan lagi sebuah penjara

Gila...
Lalu dewi malam seperti menjauhiku
Dia enggan mengajakku lelap
Kulalui waktu dengan berpikir

Tapi bait-bait itu...
Mungkin mereka itu sedang menertawaiku
Seketika sumpek menyerangku
Aku merasa di tantang

Kudekati sisi dinding yang bersih
Sedikit sombong ku goreskan marah

"Hei penjara..
Aku takan pernah lara...
Bahkan hanya pada sebidang dada dan kepala...
Hati dan pikirku bebas melanglang buana...".

Detak waktu terus melaju
Tanpa membuatku terkejut
Tak ingin langkah-langkah itu datang
Menyeretku keluar

Karena bebas itu aku
Merenangi samudera diksi


Timor010618

Minggu, 27 Mei 2018

Ku Temui Kembali

Terbangun lagi
Masih juga gelap
Belum berkoar paruh-paruh pipit
Dunia telah terjaga

Irama langkah kaki
Dengan peci dan mukena
Diam khusyuk
Menenteng sajadah

Wajah-wajah segar
Menjawab senandung adzan
Nampak lincah
Bak derap tarian surga

Kini bulan ramadhan
Bulan penuh berkah
Bagi mereka yang berjibaku
Melawan hawa nafsu

Meski tanpa sajadah
Tiada berpeci
Senandung adzan ajak ku kembali
Nikmati tradisi aroma ramadhan kampungku

Timor270518

Senin, 30 April 2018

Embun Sirna Satu-Satu

Rembulan pulang
Mentari telanjangi sudut-sudut remang
Butir embun sirna satu-satu
Tinggalkan daun-daun waru

Bale bambu lembab
Tempat cinta kerap terjerembab
Berlumuran keringat
Telah kering memucat

Kepak kupu-kupu
Kebisuan jengkrik
Entah tak tahu
Atau lupa tentang malam yang berisik

Disanalah
Cinta menjadi pesakitan
Dijejali salah
Suritauladan lupa peranan

Dan bale bambu
Tetap membisu
Nikmati tembang satu malam
Hingga rembulan terbenam

Generasi besutan remang malam
Riuhkan malam
Jerat demi jerat
Remang berkeringat

Esok embun sirna satu-satu...

Timor010518

Minggu, 29 April 2018

KEKASIH...

Kekasih...
Kata yang terukir di bilik-bilik dada
Tempat bersemayam rona senyum
Meski telah lupa arti senyum itu

Terimakasih...
Pernah setia temani
Saat imaji bertamasya
Pada tiang-tiang karat dermaga tua

Sampan itu...
Yang kini teronggok lapuk di tepian karang
Dulu cinta pernah memerah bara di alun gelombang
Dan gemercik ombak setia menjaga kesejukannya

Kekasih...
Ingatkah ketika jemariku lembut membelai lengkung dagu itu
Kau tersipu dengan cara dewasa
Hormatku tumbuh seketika

Kekasih...
Kini imajiku telah hilang arah
Lengkung dagu itu sirna
sisakan lapuk dan karat dalam kenangan

Ku coba mengais jelaga
Pada bara rasa yang pernah ku rasa
Tapi kau terlalu tegas
Menghilang tanpa bekas

Kekasih...

Timor260418

Rabu, 25 April 2018

Kaum Berani Mati

Keberanian...
Adalah perempuan
Makhluk yang ku pikir lemah
Awalnya

Disingkirkanya sekian pilihan
Memilih berani mati
Melahirkan aku, kamu, dia, juga mereka
Demi terselenggaranya kehidupan

Ku jalani waktu
Seiring ibu kian terbungkuk
Lalu pasrah
Mengakhiri kisahnya

Kepasrahan...
Adalah aku laki-laki
Bangga pada keyakinan
Kematian adalah awal kehidupan

Keberanian...
Apakah ada padaku
Bukankah ibu sudah tunjukan
Tidak, aku penakut

Tiada kematian dengan keberanian
Lihatlah ibu
Telah mati dengan kepasrahan
Tapi pernah berani mati dalam hidupnya

Aku pernah bilang
Berani mati demi keyakinan
Demi sahabat sejati
Demi kebenaran

Tapi dia laki-laki
Butuh alasan kuat
Mesti ada yang salah
Mesti ada korban

Lalu apa sudah kuyakini
Bahwa mati bukanlah akhir
Melainkan awal kehidupan bahagia
Yang ku agung-agungkan penuh paksaan

Sesungguhnya aku penipu
Meletakkan jendela hati
Pada koar besar mulutku
Harus lebih hebat kaumku

Lihatlah barisan perempuan
Menjemput pasrah akhir kisahnya
Setelah sekian kali
Berani membunuh kisahnya

Lalu barisan laki-laki
Menjemput pasrah akhir kisahnya
Setelah sekian kali
Hanya pasrah mengadu kisahnya

Telah ku sadari
Sesungguhnya
Yang lemah lah
Sang pemberani

Timor250418

Selasa, 24 April 2018

Selesai !

Sudahlah...
Aku hanyalah kau
Yang kamu sapa
Bersama piring gelas melayang

Telah pada kiraku
Sejak aku masihlah kamu
Yang kamu sapa manja
Dari binar mata hijaumu

Tiada kehilangan yang kan mengajakku bergetar
Kamu hanyalah makhluk mahal
Setara lembar-lembar bernilai
Di dalam dompetku

Timor240418

Minggu, 08 April 2018

Bodoh Sendiri

Ketika rindu pelan berkarat
Bintang juga rembulan
Kadang enggan menemani
Hangat yang tak lupa kita bagi
Terhalau Mega utuh berarak
Kamu matahariku
Kini terpisah mendung
Aku tau kamu di situ
Riang sahabatku mega
Aku mesti bagaimana ?
Ahh...sudahlah...
Aku bodoh sendiri
Nikmati saja sepi ini
Masih ada kelakar ombak di tepian karang

Timor280318

Rabu, 21 Februari 2018

Hmm...Hahahahaha...

Hahahahaha...
Ku hirup dalam-dalam
Relung-relung tiap imaji
Kerinduan masih jadi lalapan segar
Santapan tetap para penyair
Lembar demi lembar
Mengoral lembut runcing mata pena
Lantas membuncah syair-syair kelana hati
Hahahahaha...
Ku pikir ini aura alam
Mewarnai langit teramat kelabu
Hingga bumi basah
Oleh persada yang berlinang air mata
Lalu sekuntum haiku bersungut pasrah
"Rembulan hilang
Mentari tak menyapa
Bumi menangis"
Hahahahaha...
Sepertiku yang kecanduan lalapan
Hahahahaha...


Timor200218

Ingat !


Berkilah sebebasnya
Berganti rupa sepuasnya
Sementara kau temukan
Masih bersahaja warna pelangi
Ikhlas di tikam puncak-puncak menara
Kamu telanjang nona

Timor200218

Rabu, 14 Februari 2018

Jangan Lagi Ada Tanda Tanya !

Seorang pemuda dekil
Kusut bersimpuh
Kernyit mata menggaruk langit
Getar geraham terkunci

Hari ini dia marah pada Tuhan
"Kenapa yang ku mau selalu bukan yang kau beri ?".
Kepada orang tuanya dia mengumpat
"Kenapa tiada sekeping senyum kalian tinggalkan, apa kalian telah lupa menikmati hadirku ?".

Dia kembali menjambak ilalang
Dirampasnya kehidupan mereka
Dihempaskan begitu saja
Dia benci kehidupan

Kemarin dia marah pada pemerintah
"Kenapa tiada satu hak pun untukku demi membangun percaya diri ini, kenapa ?".
Kepada masyarakat dia berteriak
"Apa aku bukan manusia yang layak kalian perlakukan seperti keluarga haahh, ayo jawab !".
Lalu meringkuk di tanah dan menangis

Rerumputan diam menikmati angin
Kicau burung riang memuja penciptanya
Dia bangun bersimpuh
Di ambilnya sebilah kuningan berukir

Ini satu-satunya peninggalan ayah
Di antarkan temannya minggu lalu
Menemani jazad ayah yang mati di ujung pistol petugas malam itu
Dengan linang air mata di tancapkan ke ulu hati

Wajahnya memucat dengan senyum tersungging
Telah tumbuh keyakinan
Sakrat maut akan sangat lembut membuainya
Di bandingkan kisah hidupnya

Timor140218

Selasa, 06 Februari 2018

Tenggelam...

Syairmu lembabkan lembah
Lama kering terkuras dahaga
Pucuk layu merona
Pelan mengacung kembang

Diksi-diksi mengalir sejuk
Bagai mata air
Berkelana di gurun-gurun
Segarkan gersang sanubari

Siapakah kau sang kembara kata
Berani merobek-robek sampul kerinduan
Setelah ku tera dengan keikhlasan
Pada bait-bait air mata

Benarkah hati ?
Semua yang terucap bibir
Apa yang terlukis jemari
Ataukah hanya imaji sang kembara kata

Selembar bait bersuara...

Aku adalah puisi
Lahir di setiap detak waktu
Aku adalah rekayasa
Tumbuh dari imajinasi
Di permainkan sekehendak mereka
Di manipulasi kapanpun mereka mau
Hingga aku tak kuasa memilih mati
Sebab aku bahkan lahir hanya oleh lamunan

Ooh...aku mengerti sekarang
Aku selalu tak mampu
Untuk tetap berpijak pada tera keikhlasan
Yang ku patri pada sampul kerinduan

Aku lemah...
Aku rindu...
Aku menangis...

Timor060218

Selasa, 30 Januari 2018

Pergilah...

Bergegaslah
Lekas
Kejarlah waktu
Lupakan ini

Berhentilah
Cepat
Nafsu sesal
Aku kesal

Jangan menoleh
Buang resah
Meski wajah kerap melukis peduli
Hapus itu

Aku sudah ingin lelap
Tergilas waktu kembali
Hingga terlena
Nikmati

Segerakan langkah
Pada Wadas tekadnya
Jangan mau tergilas waktu
Aku akan gelisah membencimu

Timor300118

Jumat, 19 Januari 2018

Tak Perlu Ada Judul




Hahahahahaaa...
Kau tau kenapa aku tertawa
Hahaha...
Aku menertawakan hujan

Dia terlalu baik
Kau tau kenapa
Rinai yang kian deras menghempas
T’lah membawa kita sepayung berdua

Hujan semakin deras
Halilintar menggelegar
Cahayanya mencakar persada
Sungguh Januari yang indah

Hahahahahaaa...
Kenapa tertawa bang ?
Hahaha...
Aku menertawakan halilintar

Dia sungguh baik
Kenapa baik bang ?
Suaranya yang garang
Cahayanya yang sangar

T’lah membawa gadis sombong sepertimu
Memeluk pinggangku erat
Meski esok kau melupakan ini
Dan kembali dengan goyangan pinggulmu yang sombong

Hahahahahaaa...
Terimakasih januari



Timor200118

Kamis, 18 Januari 2018

Siapa Kau...

Kalau kau pikir
Rembulan adalah kekasih bumi
Lantas apa jingga yang setia memelukmu
Itu bukan untukmu

Lalu kau beralih
Mentari adalah kekasihnya
Tak perlu resahmu kau tebar pada remang malam
Tidak kah kau tamak

Bumi tidak mengawini mereka
Tapi ketabahannya...
Keikhlasannya...
Mereka setia mencintainya

Kau adalah kemauan
Ketamakan yang penuh perhitungan
Yang membumi dalam sanubari
Ku maklumkan...

Karena kau adalah juga aku
Kita yang mabuk pada nikmatnya lupa
Tentang apa itu lupa diri
Ku ingatkan...



Timor180118

Jumat, 12 Januari 2018

Siapa aku...






Aku...
Segumpal daging
Sejuta keinginan
Meracuni tiap detak waktu

Ya...
sehembus roh
Menafasi tak jemu
Tiap tingkah langkahku

Seperti mentari yang angkuh
Kala ku butuh kesejukan
Juga lembayung yang sombong menghitam
Saat ku rindukan hangat

Jadilah aku hati
Pencinta yang tamak
dahaga pada lembut tutur
lapar akan halus sentuh

seperti anak ayam
berkicau aneh
di tengah sekumpulan pipit
bersama mengais debu

apa ini karunia ?
atau petaka ?
tak mungkin karma
tidak...

ayah ibuku telah tiada
mereka raib di terkam kucing
sedetik kemudian
ada suara ...

manis...
lalu nampak jari-jari lentik
menjemputnya dalam pelukan
aku sendirian dan kedinginan



Timor120118







Sabtu, 06 Januari 2018

Tunggu Aku Saat Mentari Padam

Sedang ku intai diam-diam
Merah hati yang mulai pudar
Pernah membuatku berharga
Di antara tumpukan  sampah serapah

Ingin ku usik lg ketenangan telaga
Mengayuh biduk kecil
Mengantar alunan beningnya
Menggapai tepian

Apa yang di pikir...
Siapa yang mencuri...
Kapan  merah hati pudar...
Kenapa senyum sapa hambar...

Takan terlewat oleh sekedip mata pun
Karena sosok sederhana itu
Adalah gelombang hiruk pikuk imaji
Yang pernah bergelora di tiap tarikan nafasku

Tapi alam berkata lain
Mentari mengoyak langit
Imajiku harus pulang
Dengan wajah kusut
Sekusut selimut tidurku

Timor241217

Jumat, 05 Januari 2018

Masihkah Rindu...

Masih sama
Bayu tetap dingin menusuk
Mentari kerap lunglai meringkuk
Warnai Januari

Hati geram menjambak mega
Yang girang melukis nestapa
Meski tak pernah jadi apa-apa 
Imajiku enggan tertawa

Yang ku rindui hari ini
Bukan cinta yang terjawab
Lantas mesti ku ukir kunang-kunang riuh menari
Di awang-awang perasaanku

Bukan...
Bukan itu !

Rindu ini masih setia
Nikmati gigil tertusuk angin
Juga lunglai terbalut mega
Di langit Januari

Yang ku sesali kini
Mengapa tak ku lukis
Wajah angkuh sang waktu
Yang dingin meninggalkanku
Di penghujung desember

Agar dapat ku ukir pasti senyumku
Dan memulai langkahku
Menghajar rindu-rindu
Biar rasa...


Timor06012018