Selasa, 31 Januari 2017

Kali Ini...

Di sini ribuan puisi pernah meringkuk
Bisu dalam lumatan kertas
Sekarat penuh debu
Lusuh memudar dan binasa

Tapi puisi ku tidak pernah mati
Syukurku tak jua terhenti
Apa yang ku tulis
Sudah lebih dulu di bahasakan hati

Mata pena ku pernah berulang mati dan berganti
Lembar hidup ku selalu terluka dan pulih silih berganti
Hidangan Ilahi yang ini
Seni yang paling bernilai

Aku bukan mata pena dengan idiom nan indah
Aku bukan lembab tinta bertekstur majas
Aku bukan wadah kertas berbingkai bunga
Aku hanya sekeping hati penuh syukur

Ku daraskan syukur pada Ilahi
Kata demi kata ku eja dari hati
Huruf demi huruf ku patri hati-hati
pada lembar demi lembar waktu yang ku lalui

Sekali ini lagi
Setelah ribuan kali ku daraskan syukur
Mata pena ku selalu siap mati
Wadah kertas ku tak pernah muak
Bahkan lembab tinta ku tak sekalipun jengah
Menorehkan puji dan hina ku

Jumat, 27 Januari 2017

Oh Januari...

Januari...
Nafas mu pekat berkabut
Sapa  mu halilintar membentak bumi
Tangis mu merdu menjamah alam raya
Keringat mu lembab memercik persada

Januari...
Sebuah nama penuh cinta
Kau  sebuah tradisi
Sejak dunia mulai berdiri
Di tapaki kaki-kaki penghuni

Januari...
Sejak gunung-gunung belum mendidih
Hingga meleleh hanguskan jagat
Kau selalu angkuh dengan sikap yang gagah
Sebuah kerinduan yang terus berulang

Januari...
Sejuk mu hidupkan dunia
Bunga-bunga riang berwarna-warni
Kupu-kupu ceria menari-nari
Kerlap-kerlip girang kunang-kunang

Januari...
Dingin mu hadirkan generasi
Sajak-sajak berkecipak irama birahi
Lenguh syukur pada buaian romantis mu
Oh...januari...


Selasa, 24 Januari 2017

Seperti Angin

Di belantara maya
Lagu mu merdu membahana
Membasahi lengang singgasana
Hati para pertapa

Seperti angin menggerayangi persada
Menjawab rindu-rindu yang lama
Sunyi bagai langit malam
Sepi bagai hutan cemara

Hembus mu mengecoh alam
Rimbun berayun tak tentu arah
Nikmat yang Menghujam
Rindu yang terbenam

Mengorek-ngorek luka lama
Pilu yang telah membatu
Rasa yang pernah mati membeku
Nestapa yang telah lahir tidur membujur

Lalu mu mekarkan pucuk-pucuk rebah
Tersenyum rekah kuncup-kuncup segar
Wangi warna-warni bunga
Membuai kumbang tersenyum girang

Sejenak seperti angin
Hembus merdu lagu mu
Sisakan kegaduhan di belantara maya
Kau...

Sabtu, 21 Januari 2017

Selamat Jalan Malam

Malam mencetak sudut-sudut gulita
Remang merangkak terbata
Rembulan kian tampak ayu
Kembang yang tiada pernah layu

Langkah-langkah kecil mengibas rerumputan
Cekikikan di sela jari jemari kaki pepohonan
Suara-suara pemuja malam
Bersyukur pada kelam yang membungkus alam

Membelah bisu
Di tengah kicau burung hantu
Menggapai surga karam
Di tengah desah angin malam

Cinta berselimut embun
Dingin menyapu ubun-ubun
Hati menggigil ragu
Mati rasa dan membiru

Paras-paras berubah jelita
Mangsa dari buaian kata
Senyum letih tertata
Koyak kemurnian cinta

Esok embun tersibak
Wangi malam pun pudar
Di sela jari jemari dahan pepohonan
Kau gantungkan seikat tangis
Bersama hati dan surga mu

Sisa air mata menetes
Menitik bumi
Perlahan memerah darah
Mentari membawanya pergi

Jauh......

Rabu, 18 Januari 2017

Sejak Aku di Anugerahi Nestapa

Sejak aku di anugerahi nestapa
Senyum mu yang rupawan
Tuturmu yang menawan
Tak lagi manis menyapa

Berdenyut-denyut waktu terlewat hambar
Candamu bising pesawat memekakkan telinga
Tawamu halilintar merobek angkasa
Elus halusmu gelombang menampar karang
Hatiku pecah bagai ombak

Linang air matamu gelinding batu cadas di tebing terjalmenjadi bangkai
Harum tubuhmu busuk sesakkan dada
Juntai rambutmu cambuk mencabik kulit
Dalam pelukmu aku luka parah

Sudut bibirmu yang membiru
Bola matamu yang merona merah
Kontaminasi racun yang ikhlas kau bagi cuma-cuma
Aku takkan binasa sayang

Bisamu tak mematikan
Seperti mereka
Satu persatu menjadi bangkai
Dari nikmatmu yang melenakan

Sejak aku di anugerahi nestapa
Sekuat karang aku menjulang
Kau tinggal kelembaban pasir
Kala laut surut di tepian pantai

Minggu, 15 Januari 2017

Sekuntum Mimpi Dari Desa

Hamparan sawah apik membentang
Nampak padi rapih merunduk
Dari bola mata basah para petani
Terlukis bulir-bulir yang belum berisi

Ini hari kesekian
Ketika air bah datang membilas wangi keringat dan lumpur
Wangi keringat yang begitu lembut di sambut istri di pekarangan
Noda lumpur yang begitu akrab di peluk si kecil

Bumi telah resah
Menjadi saksi keangkuhan manusia
Makhluk yang tak pernah mampu terbang
Tapi lupa sedang makan dan buang kotoran pada tanah yang sama

Pikiranku gamang
Istriku redup menatap lahap si kecil
Ku dorong pelan sepiring nasi jagung
"Nak, habiskan punya bapak...,bapak belum lapar".
Nampak riang si kecil dengan lahap
"Semoga kelak..,kau menjadi orang baik dan kaya anakku".

Ku lirik istriku
Butiran bening merembes turun dari rapih bulu matanya
Pundakku bergetar hebat
Demi menahan gejolak rasa yang ingin tumpah

Api lampu teplok
Berayun kesana-kemari di permainkan angin
Sebentar lagi akan hujan
Ku rangkul istri dan anakku untuk beranjak
Mengejar mimpi di peraduan



Senin, 09 Januari 2017

Di Penjaramu

Diamku Hanya tak bersuara
Anganku terpatri pada satu arah
Gelombang rasa kian bergejolak sorak
Untukmu dada ini merah membara

Diamku penjara yang kau bangun
Aku nikmati hunian ini
Gelap dari pijar-pijar mata angkasa
Ubahku jadi beku mematung

Di wajahmu tiap huruf awal kalimahku berbaris manis
Di senyummu lengkung kalimahku tergolek elok
Di candamu tarian kalimahku hening tersungging
Di penjaramu banjir kalimahku riuh
Menderu-deru bagai peluru

Ku saksikan ini sebagai patung !

Jumat, 06 Januari 2017

Selamat Malam Kota

Jelang tengah malam
Jalan kotaku suram
Aura malas kerling lampu jalan
Bagai mata mata susah
Ina penjual kacang kulit yang resah

Mata yang memerah
Tak pernah menyerah
Menatap lampu-lampu sedan mewah
Hilir mudik mengibas debu
kau tetap kalam
Seperti alunan api lampu minyak
Satu-satunya teman menghalau nyenyak

Setiap malam adalah hidupmu
Dan siang adalah baktimu
Wajahmu yang menghitam
Bukan bias dari kepayahan
Sebab senyum yang menghiasinya
Bukan senyum murahan
Kulitmu yang mulai mengeriput
Bukan iritasi akan kesusahan
Sebab kulit itu
Memang bukan barang yang kau perdagangkan

Tak pernah resah pada apa yang kau jalani
karena jalan ini adalah caramu hidup
keresahan itu hanya kepada
kenapa setiap malam harus berganti siang
Karena jalan yang kau pilih
Adalah satu-satunya kehidupan malam yang suci