Kamis, 31 Mei 2018

Bilik Penjara

Ku kenal puisi
Semenjak palu menghantam asa
Persada negeri seketika sempit
Terbungkus dingin tembok penjara

Rupanya ribuan puisi berbaris malu
Memilih sembunyi di dinding gelap nan lembab
Oleh rona-rona nestapa
Juga aura-aura marah

Telah ku eja satu demi satu
Aku selalu tenggelam
Ini begitu nyata
Tiap-tiap bait seolah adalah aku

Seperti telah beranak cucu
Sejak dinding tua ini berdiri
Dengan diksi dan rima berbeda
Mewakili suka duka yang berulang sama

Mungkin ini giliranku
Yang tak jua merangkai diksi
Biar tetap mentradisi
Di gilir ketuk palu

Tapi aku bukan penyair
Kenapa mesti ku pikir
Ku pandangi lekat sudut lembab
Samar bait tertutup lelumutan

"Bermain-mainlah  denganku...
Permainkanlah aku...
Akan kau temui sebuah jendela...
Bahwa bilik kecil ini bukan sebuah penjara...".

Hahaha...
Bagaimana mungkin bermain denganmu
Apalagi mempermainkanmu
Lantas sebuah jendela terbuka
Dan bilik sempit ini bukan lagi sebuah penjara

Gila...
Lalu dewi malam seperti menjauhiku
Dia enggan mengajakku lelap
Kulalui waktu dengan berpikir

Tapi bait-bait itu...
Mungkin mereka itu sedang menertawaiku
Seketika sumpek menyerangku
Aku merasa di tantang

Kudekati sisi dinding yang bersih
Sedikit sombong ku goreskan marah

"Hei penjara..
Aku takan pernah lara...
Bahkan hanya pada sebidang dada dan kepala...
Hati dan pikirku bebas melanglang buana...".

Detak waktu terus melaju
Tanpa membuatku terkejut
Tak ingin langkah-langkah itu datang
Menyeretku keluar

Karena bebas itu aku
Merenangi samudera diksi


Timor010618