Rabu, 21 Februari 2018

Hmm...Hahahahaha...

Hahahahaha...
Ku hirup dalam-dalam
Relung-relung tiap imaji
Kerinduan masih jadi lalapan segar
Santapan tetap para penyair
Lembar demi lembar
Mengoral lembut runcing mata pena
Lantas membuncah syair-syair kelana hati
Hahahahaha...
Ku pikir ini aura alam
Mewarnai langit teramat kelabu
Hingga bumi basah
Oleh persada yang berlinang air mata
Lalu sekuntum haiku bersungut pasrah
"Rembulan hilang
Mentari tak menyapa
Bumi menangis"
Hahahahaha...
Sepertiku yang kecanduan lalapan
Hahahahaha...


Timor200218

Ingat !


Berkilah sebebasnya
Berganti rupa sepuasnya
Sementara kau temukan
Masih bersahaja warna pelangi
Ikhlas di tikam puncak-puncak menara
Kamu telanjang nona

Timor200218

Rabu, 14 Februari 2018

Jangan Lagi Ada Tanda Tanya !

Seorang pemuda dekil
Kusut bersimpuh
Kernyit mata menggaruk langit
Getar geraham terkunci

Hari ini dia marah pada Tuhan
"Kenapa yang ku mau selalu bukan yang kau beri ?".
Kepada orang tuanya dia mengumpat
"Kenapa tiada sekeping senyum kalian tinggalkan, apa kalian telah lupa menikmati hadirku ?".

Dia kembali menjambak ilalang
Dirampasnya kehidupan mereka
Dihempaskan begitu saja
Dia benci kehidupan

Kemarin dia marah pada pemerintah
"Kenapa tiada satu hak pun untukku demi membangun percaya diri ini, kenapa ?".
Kepada masyarakat dia berteriak
"Apa aku bukan manusia yang layak kalian perlakukan seperti keluarga haahh, ayo jawab !".
Lalu meringkuk di tanah dan menangis

Rerumputan diam menikmati angin
Kicau burung riang memuja penciptanya
Dia bangun bersimpuh
Di ambilnya sebilah kuningan berukir

Ini satu-satunya peninggalan ayah
Di antarkan temannya minggu lalu
Menemani jazad ayah yang mati di ujung pistol petugas malam itu
Dengan linang air mata di tancapkan ke ulu hati

Wajahnya memucat dengan senyum tersungging
Telah tumbuh keyakinan
Sakrat maut akan sangat lembut membuainya
Di bandingkan kisah hidupnya

Timor140218

Selasa, 06 Februari 2018

Tenggelam...

Syairmu lembabkan lembah
Lama kering terkuras dahaga
Pucuk layu merona
Pelan mengacung kembang

Diksi-diksi mengalir sejuk
Bagai mata air
Berkelana di gurun-gurun
Segarkan gersang sanubari

Siapakah kau sang kembara kata
Berani merobek-robek sampul kerinduan
Setelah ku tera dengan keikhlasan
Pada bait-bait air mata

Benarkah hati ?
Semua yang terucap bibir
Apa yang terlukis jemari
Ataukah hanya imaji sang kembara kata

Selembar bait bersuara...

Aku adalah puisi
Lahir di setiap detak waktu
Aku adalah rekayasa
Tumbuh dari imajinasi
Di permainkan sekehendak mereka
Di manipulasi kapanpun mereka mau
Hingga aku tak kuasa memilih mati
Sebab aku bahkan lahir hanya oleh lamunan

Ooh...aku mengerti sekarang
Aku selalu tak mampu
Untuk tetap berpijak pada tera keikhlasan
Yang ku patri pada sampul kerinduan

Aku lemah...
Aku rindu...
Aku menangis...

Timor060218