Hei Kepala...
Kala kau mendiami puncak urat-urat leher kaum penyair
Yang dengan lantang mengagung-agungkan tentang kebesaranmu
Melambung tinggi mengaruk-garuk angkasa
Teramat dalam hingga menggerus dasar-dasar samudera
Tapi ruang dan waktu...
Masih mampu menghajarmu
Hari ini kau harus berpikir apa
Lantas saat itu kau harus menulis apa
Ketahuilah wahai kau sang kepala
Ketika kau bertahta dipuncak batang leherku
Perjuanganku untuk memuliakanmu takan pernah surut
Hingga kita lelap disinggasana dingin penuh debu kelak
Bahwa ruang dan waktu
Takan pernah mampu mengarahkanmu
Mereka takan berkuasa padamu
Meski tak lelah mencoba
Kupastikan...
Dipuncak batang leherku
Pikiranmu adalah bebas tak berbatas
Imajinasimu adalah luas tak bertepi
Jumat, 25 Desember 2020
Jumat, 25 September 2020
Selamat Pagi Corona
Demikian rasaku
Meski belum benar-benar pernah pergi
Sirna dari persadaku
Aku masih begini
Merawat sakit yg dulu
Dengan doa pada malam-malam sunyi
Berpikir tetap tegar bagai batu
Kini kau coba kembali
Memeluk hari-hari
Telah lupakah engkau kini
Hadirkan luka tempo hari
Kala itu
Kau datang menumpas cinta
Koyakkan genggam jemari
Memberi jarak pada kepedulian
Tapi aku sekalian tak lagi bodoh
Cinta sudah mampu menumpas petaka
Genggam jemari kian erat membasmi lara
Kepedulian terlalu dalam untuk coba kau kuras
Aku ingatkan
Aku sekalian akan tetap berdiri
Menyambutmu dengan tawa
Kapan saja kau datang membawa duri
Selamat pagi corona
Roni Lette
Timor260920
Selasa, 22 September 2020
Aku Adalah Masalah
Kepada fatamorgana
Aku pernah belajar bersalin rupa
Tiada jua sepasang mata
Tersesat lantas terpana
Kepada warna-warni pelangi
Aku pernah sombong merengkuh langit
Tak jua sepasang mata mengintip
Lantas tak berkedip
Kepada angin musim
T'lah ku curi spiritnya merambah bumi
Tak jua sekuntum kembang berdendang
Lantas terbang melayang
Kepada kemarau september
Aku lantang bertanya...
Kemana kau bawa pergi sejuk lembab lembayung...
Lantas banjir menyisir pelataran barat
Dan lantas otakku pecah
Berserakan
Memetik kuncup-kuncup masalah
Yang tampak subur ditanah ini...
-Roni Lette-
Timor230920
Senin, 16 Maret 2020
Dialog Cinta Dibawah Todongan Corona
-Roni Lette-
"Nona..,
Detik ini demi dunia dan akhirat aku bersumpah,
Kau akan selalu jadi perempuan yang utama untukku...".
"Benarkah bang apa yang kau katakan itu...,
Benarkah sebagai yang utama hanya aku satu-satunya yang kan selalu tinggal disampingmu hingga rambutku memutih kelak...".
"Jangan pernah kau tanyakan cinta kita setelah detik-detik ini nona...".
"Kenapa ?"
"Tak tahu kah kau,
Bahwa dijaman corona yang hiruk pikuk ini,
Detik-detik kemudian adalah waktu yang tak pasti kita temui nona ".
Timor,160320
"Nona..,
Detik ini demi dunia dan akhirat aku bersumpah,
Kau akan selalu jadi perempuan yang utama untukku...".
"Benarkah bang apa yang kau katakan itu...,
Benarkah sebagai yang utama hanya aku satu-satunya yang kan selalu tinggal disampingmu hingga rambutku memutih kelak...".
"Jangan pernah kau tanyakan cinta kita setelah detik-detik ini nona...".
"Kenapa ?"
"Tak tahu kah kau,
Bahwa dijaman corona yang hiruk pikuk ini,
Detik-detik kemudian adalah waktu yang tak pasti kita temui nona ".
Timor,160320
Rabu, 08 Januari 2020
Sepasang Berandal
_Roni Lette_
Kita bengal
Tidak karena gagal
Tanpa sesal
Ini kemauan akal
Kita nakal
Sebagai bekal
Melibas aral
Tanpa banyak khayal
Cibir merah
Kutuk hitam
Kalian marah
Mereka geram
Tunjukan...
Kita takan bosan
Berpindah jalan
Ditengah hujan
Basah
Adalah berkah
Bait-bait tak pernah lelah
Mengikat diksi bagai penjara
Entah
Tentang apa
Kamu yang nakal
Aku yang bengal
Tak perlu kesal
Kita berandal
Timor090120
Tidak karena gagal
Tanpa sesal
Ini kemauan akal
Kita nakal
Sebagai bekal
Melibas aral
Tanpa banyak khayal
Cibir merah
Kutuk hitam
Kalian marah
Mereka geram
Tunjukan...
Kita takan bosan
Berpindah jalan
Ditengah hujan
Basah
Adalah berkah
Bait-bait tak pernah lelah
Mengikat diksi bagai penjara
Entah
Tentang apa
Kamu yang nakal
Aku yang bengal
Tak perlu kesal
Kita berandal
Timor090120
Langganan:
Postingan (Atom)