Kamis, 26 Oktober 2017

Cinta...

Cinta...
Kau kah itu
Selalu saja di belakangku
Mengapa ?

Ku tunggu di dingin fajar
Mentari menghantarmu pikirku
Ku nanti di sejuk senja
Rembulan menghadirkanmu sangka ku

Mentari datang dan pergi
Cahayanya redup membosankan
Rembulan diam merayapi malamku
Sinarnya pilu

Mesti bagaimana
Aku yang di jajah rindu
Akankah tegar kaki melangkah
Menyusuri tepian taman berwarna-warni

Kembang seruni lincah berayun
Di candai angin
Mekar berseri
Seperti wajah-wajah dengan tawa lebar

Benakku lantas melukis pada tiap tangkai
Satu persatu wajah penuh tawa hina
Menikam dengan tatapan sinis
Lalu bersuara

Kamu pecundang
Bahkan cinta begitu liar terhadapmu
Kamu bukan manusia
Kamu sampah

Langkahku berat
Aku tersungkur
Aku menangis
Meringkuk di antara kembang

Timor271017

Selasa, 17 Oktober 2017

Kerinduan

Ibu...
Kasih sayang mu
Kau gelar pada antrian bibir bening gelas kristal kelab malam
Sisakan sedikit untuk ku meski nanti...
Ayah sedang hanyut dengan takdirnya
Setelah cintanya kau gadai
Tujuh tahun lalu

Timor171017

Minggu, 15 Oktober 2017

Selembar Bait Kepada Teman

Teman...
Maafkan ku gores bait ini
Bacalah saat hati riang
Agar niatku berlabuh dengan girang

Ku tulis ini dengan air mata
Tetes demi tetes hiasi kata
Membasuh setiap bahasa nestapa
Agar kau nyaman ku sapa

Tak ada niat lain
Ku tuangkan rasa
Pada lembar putih ini
Selain menjunjung indah sebuah persahabatan

Bertemanlah kita untuk senang-senang saja
Karena pengorbanan yang ku pelihara
Terlampau kecil
Takan cukup untuk turut menangisi setiap jengkal lara

Bertemanlah kita hanya untuk senang-senang saja
Karena rasa yang ku asuh
Terlampau hambar dan beku
Takan mampu untuk menyelami setiap gundah saat kau tenggelam

Kalau kau sangka aku jenis manusia biadab yang hanya ingin senang-senang
Atau hanya pentingkan ego lalu menabung keuntungan dari setiap relasi
Kau salah...
Relung hatiku teramat sempit
Rasanya tak muat menampung simpatimu saat aku di hajar gulana

Ruang ego ku telah amat sumpek
Takan mungkin menyambut sejuk pedulimu
Hanya akan semakin sesak
Dan air mataku harus meluap-luap dari tempatnya bersemayam

Teman...
Jejak air mata ini semata bentuk dari kelemahanku
Pada setiap ketidakmampuanku
Mengambil bagian dalam setiap nestapa hidupmu

Teman...
Jika nanti kau terima lembar ini
Pergilah berlayar ke tempat yang indah
Atau cobalah menyusuri keindahan alam

Biar segala kebodohan pada lembar ini
Terabaikan oleh riuh camar yang terbang rendah
Biar khilaf yang ku syairkan ini
Tersapu oleh angin pegunungan yang sejuk berhembus

Sekian dulu teman
Simpan baik-baik pesanku
Tetaplah jadi teman baik ku
Kita senang-senang saja
Itu lebih baik...

Timor151017





Jumat, 13 Oktober 2017

Mungkin Telah Habis Waktu

Senja perlahan menyapa
masih juga meraba-raba
Benih yang di semai
Satu persatu sisa bangkai

Bisik terlahir tulus
Berlomba menyapa langit
Lambat laun buyar
Tengadah lalu pasrah

Seperti belukar
Telah terbiasa
Tinggalkan lampau
Mengisi kini
Kembali lagi esok

Dahan yang kering
Daun yang layu
Runtuh berkali-kali
Jatuh terurai debu

Masih coba
Abaikan rona merah langit
Sibak pekat senja
Hidung dan bibir beruap kabut

Lembab halimun berarak
Menelan bulat-bulat setapak
Tempat kosongkan benak
Keringat dan air mata Pecah

Apa masih perlu ?
Setelah jutaan waktu
Langkah yang terbuang
Balik berlari tinggalkan senja

Apa masih butuh ?
Telah ribuan keluh
Banjir peluh
Masih kokoh menolak takdir

Senja menangkap ku
Mungkin t'lah habis waktu

Timor131017




Senin, 09 Oktober 2017

Bumi Tergantung di Udara

Sayang sekali
Dunia penuh masalah
Setelah sepakat kebenaran itu Ada
Tapi patokan pastinya masih belum pasti

Aku ingin begini
Mereka mau begitu
Dia ikut yng sana
Kalian suka yang situ
KAmi ikut sini

Aku bilang mereka salah
Dia bilang kalian salah
Mereka bilang kamu salah
KAlian bilang kami salah

Mereka bilang tidak
Kalian pun tidak
Kamu juga tidak
Kami apalagi...

Bumi menjadi sekundung api
Membakar siapa saja
Hanguskan apa pun
Terbentuk dari nafsu
Nafsu akan kebenaran

Benarkah...
Inikah kebenaran
Kebenaran yang mana...
Apa aku ?
Dia ?
Mereka ?
Ataukah kalian ?

Bumi menghitam arang
Sambil berrotasi
Mengitari matahari
Manusia mabuk menikmatinya

Segala canda
Semua senyum
Setiap tegur sapa, gandeng tangan, jabat tangan
Begitu memukau
Hadir dari penjiwaan
Penjiwaan pada lembar-lembar skenario

Pada lakon-lakon kecil
Darah adalah produk murah
Air mata hanyalah kubangan lumpur
Sebentar lagi kering dan retak
Lantas pecah di lindas kaki kebenaran manapun

Kebenaran menjadi wadas
Sepakat !
Tapi kebenaran yang mana ?
Tak pernah kunjung sepakat !

Timor091017

Kamis, 05 Oktober 2017

Langit Belang-Belang

Langit belang-belang
Tak tampak ranum
Sedang hari-hari lalu
Terasa lebih manis

Kalau ku sangka lain
Aku salah
Musim memang harus berganti
Biarkan

Kini sinar mata melemah
Kesombongan pelangi mulai hambar
Dahulu itu sebuah kebaikan
Perlahan tampak lebih jujur

Apa yang sedang kau pikirkan
Simpanlah buat sebentar
Masa mu belum akan habis
Bahkan jika langit tak memberi tempat

Masih ada kanfas untuk kau lukis
Ketika kuning kembang sepatu mulai biasa-biasa saja
Biarkan jengah mu memintanya berubah merah
Maka seperti batu cadas
Begitulah niat mu tak mampu kau belokkan

Hari ini
Bibir merah itu datang lagi
Mungkin ada koar yang belum tersampaikan
Tapi jika diam menjamah kalian
Percayalah tulisan ini tak tentu arah....

Timor061017

Akhir Penantian

Dia menggeleng
Langkah-langkah menjauh
Asa ku tumbuh

Petaka

Di lereng gunung
Keringat kuli batu
Hanyutkan desa