Minggu, 23 Oktober 2016

Maaf !

Wajahmu kusut
Seirama kembang sepatu layu yg mulai selesai memamerkan puncak mahkota indahnya
Aku mencoba bercermin pada bola matamu
Akan seperti apakah aku harus bersikap di hadapmu
Aku bimbang
Seperti daun keladi yang berayun kesana kemari di permainkan angin
Sehelai daun jatuh menamparku
Aku tersadar
Kusutmu kini berderai air mata
Irama angin t'lah mengajakmu bernyanyi
Senandung lirih yg kau beri mengorek kasar ke ulu hatiku
Mencabik muslihatku yang lama tega mencengkram senyummu
Aku tersungkur
Menggapai tanganmu
Mencoba menyalurkan rasa salah dan permintaan maafku
Kau tepis dgn penuh amarah
Tergambar aku seperti hantu di jernih bola matamu
Kau menoleh berusaha menghindar dari bujuk rayu mataku
Detik ini juga kehilangan itu memenuhi seluruh rongga pikirku
Kembang sepatu kusut itu pun seketika jatuh terhempas dari tangkainya
Aku menatapmu dalam penuh pengertian
Sudah waktunya kau urai semua kepedihanmu demi menghadirkan tunas baru
Aku beranjak pergi
Menjauhi semua keceriaan yang selama ini kubangun dengan kegelapan dada dan kepala
Mungkin esok ada tunas baru yang bakal ku jaga dengan kebersihan hati sampai mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar